Dunia
politik tak ubahnya seperti arena bertarung yang sangat membutuhkan
strategi jitu dalam pemenangannya. Tidak hanya sekedar politik uang
yang mampu berperan sebagai second God dalam memenangkan hati rakyat.
Saat
ini rakyat semakin kritis dan sebagian besar tak lagi tertarik pada
politik uang, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa masih ada sebagian
partai politik yang menggunakan politik uang sebagai strategi
pemenangannya.
Menurut survey yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People
and the Press terhadap sekitar 200 konsultan politik di seluruh dunia
pada tahun 1997 – 1998, ditemukan fakta bahwa kualitas dari pesan-pesan
kampanye politik sebuah partai politik dan strategi pencitraan para
pemimpin partai politik merupakan faktor utama dalam menentukan
kemenangan dalam pemilihan umum, sehingga selain faktor biaya yang
mutlak dipersiapkan untuk menggerakkan mesin politik, pencitraan partai
politik dan pemimpin partai politik merupakan kunci penentu kemenangan.
Melalui
pendekatan program kerja sebuah partai politik kepada pemilihnya hanya
akan dimengerti oleh publik yang “melek” politik. Bagi publik yang
“buta” politik, mereka akan lebih suka melihat citra para pemimpin
partai politik.
Pengertian
citra berkaitan erat dengan suatu penilaian, tanggapan, opini,
kepercayaan publik, asosiasi, lembaga dan juga simbol simbol tertentu
terhadap bentuk pelayanan, nama perusahaan dan merek suatu produk
barang atau jasa yang diberikan oleh publik sebagai khalayak sasaran
(audience).
Dengan demikian, tanggapan dan penilaian publik merupakan unsur
penting dalam melakukan penelitian tentang Citra. Citra (image) adalah
seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek
tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap obyek tersebut akan
ditentukan oleh citra obyek yang menampilkan kondisi yang paling baik.
Memasarkan partai politik tak ubahnya seperti memasarkan sebuah produk barang atau jasa kepada target pasarnya. Pada dasarnya, jika diibaratkan berdagang, target pasar untuk partai politik adalah para pemilih (voters), jika kita melakukan segmentasi pemilih yang menjadi target pasar partai politik, maka akan terdapat 4 jenis pemilih potensial yang ada di Indonesia.
Memasarkan partai politik tak ubahnya seperti memasarkan sebuah produk barang atau jasa kepada target pasarnya. Pada dasarnya, jika diibaratkan berdagang, target pasar untuk partai politik adalah para pemilih (voters), jika kita melakukan segmentasi pemilih yang menjadi target pasar partai politik, maka akan terdapat 4 jenis pemilih potensial yang ada di Indonesia.
Pertama
adalah pemilih ideologis (ideologist voters), yang kedua adalah
pemilih tradisional (traditional voters), yang ketiga adalah pemilih
rasional (rational voters) yang terbagi dalam pemilih intelektual dan
non partisan, sedangkan yang keempat adalah pemilih yang masih
berubah-ubah (swing voters). Ideologist Voters dan Traditional Voters
menguasai sekitar 40% darimarket share, sedangkan Rational Voters dan
Swing Voters menguasai sekitar 60% dari market share (Priosoedarsono,
2005).
Jika kita berbicara mengenai strategi pencitraan, tak dapat dilepaskan dari peran media massa dalam kapasitasnya sebagai media (wadah) untuk memberitakan kepada publik serta memberi citra dari aktivitas para aktor politik yang diberitakan dan menjadi konsumsi media massa.
Jika kita berbicara mengenai strategi pencitraan, tak dapat dilepaskan dari peran media massa dalam kapasitasnya sebagai media (wadah) untuk memberitakan kepada publik serta memberi citra dari aktivitas para aktor politik yang diberitakan dan menjadi konsumsi media massa.
Disini peranan “Framing” maupun “Agenda Setting” menjadi penting,
karena agenda media (dalam hal ini media memilih berita-berita yang
akan menjadi headline dalam pemberitaannya) merupakan agenda publik,
artinya adalah publik disodorkan headline berita yang memang telah
diagendakan oleh media untuk menjadi berita utama (headline).
0 comments:
Post a Comment